Ada rasa beda jika menggunakan alat komunikasi canggih “Black Berry”, entah hipnotis apa yang telah dihembuskan oleh kapitalisme, sehingga begitu mudah memporak-porandakan budaya lokal. Begitu mudah sebuah tren dan gaya hidup diciptakan, inilah budaya instan yang cukup digandrungi oleh banyak orang.
Pemakaian Hanphone Black Berry cukup besar di Indonesia saat ini, tidak hanya dari kalangan muda, tetapi dari anak-anak sampai orang tua, dari kalangan mampu sampai yang kurang mampu, Black Berry menjadi sebuah tren global luar biasa. Negara berkembang merupakan pasar yang cukup potensial, dapat memberikan akumulasi modal bagi pihak kapitalis dan secara otomatis akan dibawa kenegara mereka yang notabenenya adalah Negara maju. Desain besar ini yang tidak tersentuh oleh analisis masyarakat dinegara berkembang yang relatif rendah dari sisi pendidikan.
Mungkin ini juga yang disebutkan oleh Heru Nugroho (2003), bahwa saat ini pusat kebudayaan dunia ada di negara-negara industrial yang memproduksi baik barang-barang, jasa-jasa dan simbol-simbol modernitas yang kemudian dikonsumsi secara global oleh seluruh penduduk dunia melalui komoditisasi dalam kemasan-kemasan budaya.
Kegandrungan terhadap produk yang dilabelkan sebagai era modern, dan memiliki aplikasi yang cukup menarik dan canggih, padahal inilah rekayasa kapitalisme melalui media yang cukup genjar membisikkan hipnotis kesuluruh masyarakat hingga masuk ke desa-desa. Perangkat untuk menyokong kokoh dan kuatnya rezim kapitalisme mencengkram negara berkembang yang tidak mempunyai regulasi untuk menangkis serangan tersebut.
Media massa, baik elektronik maupun cetak, tidak dapat dipungkiri sebagai corong utama penyebaran “epidemi global”. Budaya Black Berry merupakan salah satu bentuk efedemi global tersebut, sehingga menenggalamkan masyarakat pada ketidak rasional, bahkan ada yang meregang nyawa disaat antri untuk satu buah Black Berry luas biasa bukan ?
Melalui teknologi baik media cetak, elektronik, audio visual, visual, dilakukan penyebaran berbagai persfektif budaya yang diyakini benar adanya, dan terus merambat ke pola keseharian masyarakat dunia berkembang yang semakin terjajah oleh kaum kapitalisme.

Keketerkaitan antara produk kapitalisme, media dan penciptaan gaya hidup dapat dilihat dalam ilustrasi berikut : Negara maju melalui korporasinya (MMC) sebagai pencipta produk dan pemilik lecency “Black Berry”. Penggunaan media massa merupakan satu paket dalam rancangan penyebaran produk tersebut, yang didalamnya juga berbarengan dengan penciptaan budaya baru atau disebut juga tren. Media berperan cukup signifikan mengkontruksikan sebuah tren baru terutama dikalangan masyarakat secara luas. Sedikit sekali kesadaran dimiliki oleh pemirsa telivisi dan pembaca dalam melihat hipnotis budaya baru, melalui iklan, pemberitaan khusus dan lain sebagainya.
Perpaduan atau kolektivitas antara produk, media dan gaya hidup merupakan satu paket yang telah dirancang oleh pihak kapitalisme. Lalu yang patut dipertanyakan oleh kita semua seberapa jauh fungsi “Black Berry” dalam memenuhi kebutuhan komunikasi masyarakat, atau jangan-jangan inilah tren baru. Analisis singkat ini memberikan kesimpulan bahwa merebaknya “Black Berry” dikalangan masyarakat sebagai sebuah tren baru, menjajah kesadaran masyarakat inilah bentuk nyata dari hegemoni kapitalisme.
Sebuah Kesimpulan
Arus kapitalis mendera cukup deras keseluruh bagian negara-negara di dunia berkembang, termausk Indonesia didalamnya. Ada banyak persoalan yang dihadapi oleh negara berkembang dengan ekspansi besar-besaran produk kapitalis hal ini tidak terlepas dengan konsensi perdagangan bebas. Penyebaran produk, dengan seperangkat budaya instan, telah berdampak pada perubahan dan penciptaan gaya hidup baru terutama di kalangan masyarakat. Mereka disuguhkan tayangan media masa berupa iklan-iklan produk tersebut, berimbas pada penghambaan terhadap produk-produk tersebut. Sebuah gambaran pencarian identitas tetapi terjadinya kehilangan identitas inilah kondisi tragis dinegara berkembang.
Seharusnya masyarakat dan pengambil kebijakan dinegara berkembang berusaha mengevaluasi dan memberikan penilaian yang kritis terhadap masuknya produk kapitalisme. Agar efek negatif dapat diminimalisir dan sekaligus bisa dijadikan infut bagi regulasi-regulasi kebijakan kedepannya. Semoga Bermanfaat…!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar